Bukti Sejarah Islam ditemukan di Maluku

Bookmark and Share


Karapodi adalah nama salah satu dusun yang terletak di ujung timur Negeri Siri-Sori Islam. Salah satu tokoh di Agama Negeri Siri Sori Islam, menyampaikan temuannya di dusun tersebut berupa makam tua dengan empat batu nisan diatasnya. Ustazd Hamid Kaplale (almarhum), begitu nama tokoh masyarakat yang menyampaikan kabar atas temuan tersebut. Sepintas kabar itu tidak terlalu menarik, namun kemudian menjadi heboh ketika warga mulai ramai berziarah ke makam tersebut.

Sejumlah warga menjadi heran, setelah melotot kearah tulisan yang mencolok pada salah satu batu nisan setinggi 60 centi meter. Tulisan berbentuk relief itu menyebutkan angka 1286 dengan menggunakan bilangan Arab. Deretan angka yang cukup fantastik, karena menunjukan tahun wafatnya ahli kubur. Empat batu nisan yang terbuat dari jenis batu kapur itu, saling berhadapan. Dua diantaranya tidak dibumbuhi tulisan apapun. Satu diantaranya yang berada pada bagian kaki kubur bertuliskan tahun wafat ahli kubur dan satu lainnya yang berada pada bagian kepala juga berjejer tulisan Arab gundul (tanpa tanda baca).

Warga setempat menduga tulisan itu adalah nama dari ahli kubur. Namun hingga kini belum ada yang mampu membacanya. Meski terlihat jelas aksara Arab yang terukir, tapi masih sukar untuk mengungkap misteri nama siapa dari ahli kubur tersebut. Selain sukar dibaca, angka tahun pada batu nisan itu juga tidak tertera tahun masehi atau hijriah. Bila angka itu adalah tahun hijriah bisa diartikan pemilik kubur wafat sekitar tahun enam ratusan lebih.



Keberadaan empat batu nisan itu juga menimbulkan berbagai pendapat dari warga, ada sebagian orang menyimpulkan kuburan itu berisi dua orang sesuai jumlah batu nisan, sebagiannya lagi menyebutkan makam itu hanya berisi satu orang, sesuai tulisan arab gundul yang tertera pada bagian nisan kepala.


Terlepas dari perbedaan pendapat warga setempat, namun menurut beberap ahli sejarah di Maluku, Penemuan Kuburan Tua ini merupakan salah satu temuan Unik dan sekaligus sebagai salah satu tanda-tanda keberadaan Islam di Maluku. karena sangat sukar dirunut sesuai sejarah kehadiran Islam di Maluku, sekaligus menjadi situs sejarah tertua di Maluku. Boleh percaya atau tidak, namun fakta sejarah ini telah membuka tabir baru sejarah kebaradaan Islam di Maluku yang selama ini oleh ahli sejarah belum sepenuhnya merilisnya dengan baik.


Logikanya, di zaman itu leluhur di daerah ini sudah mengenal bahkan familiar menggunakan abjad dan angka Arab. Sebuah temuan yang sangat jauh berbeda dengan penuturan sejarah masuknya Islam di tanah Maluku. Sejatinya, sejarah masuknya Islam seperti yang tertuang di sejumlah literatur menyebutkan bahwa Islam masuk ke Maluku melalui saudagar –saudagar Arab, yang melakukan syiar dengan cara berdagang. Tahun masuknya para pedagang-pedagang Arab itu pun, sangat jauh berbeda bila dikaitkan dengan penemuan kuburan tua bertuliskan tahun wafatnya ahli kubur ini. Lalu sejak kapan Islam masuk ke Maluku? Apakah sudah lebih awal sebelum tahun yang tertera pada nisan kuburan tua itu? Jawabannya Wallahualam….


Lalu bagaimana benda bersejarah itu ditemukan? Hingga kini belum adanya penjelasan dari saksi mata (penemu) tentng kronologis penemuan secara terperinci. Informasi yang berhasil kami himpun dari beberapa waga setempat yakni makam tua tersebut sebenarnya telah lama ditemukan namun mereka yang sudah sejak awal melihatnya, enggan menyebarluaskan keberadaan makam tersebut. “Kuburan itu sudah diketahui sekitar Bulan Maret Tahun 2006 lalu, namun masih dirahasiakan oleh Raja dan sejumlah stafnya. selain kuburan tersebut, ada juga kuburan tua lainnya yang ditemukan, namun kuburan-kuburan tersebut enggan disebutkan tempatnya, karena masih dirahasiakan oleh warga setempat dan belum mau disebarluaskan.


Tempat Sejarah


Dusun Karapodi, Negeri Siri Sori Islam, memang terkenal dengan berbagai cerita lagenda tentang peninggalan-peninggalan bersejarah oleh warga setempat. Menurut tetua adat (Tokoh Adat) Negeri Siri-Sori Islam, Hi. Ali Patty, Dusun Karapodi, dulunya menjadi tempat tinggalnya leluhur mereka yang bernama Sopaleu yang kini memiliki keturun bermarga (fam/ garis turunan dari ayah) Pikalouhata di negeri tersebut. Cerita tersebut diperkuat dengan adanya peninggalan berupa sumur tua yang berdiameter kurang lebih 60 centimeter.



Penemuan sumur tua tersebut berawal dari salah satu keturunan Marga (fam/garis keturunan dari ayah) bermimpi tentang adanya Sumur Tua tersebut. Mimpi itu kemudian diceritakan kepada temannyadan apada akhirnya jejak Sumur tua itu ditelusuri berdasarkan petunjuk melalui mimpi tersebut, setelah melalui proses pengkajian mimpi tentang letaknya sumur tersebut, akhirnya warga mencoba menggalinya dengan mengunakan telapak kaki. Telapak kaki dengan cara kaki mereka diputar-putar pada tanah yang bertekstur lumpur sesuai tempat yang ditunjuk dalam mimpi, hingga muncul air dari lubang yang kemudian berbentuk sumur, karena berdasarkan mimpi untuk menemukan sumur tersebut harus dilakukan dengan menekan kaki diatas tanah yang telah ditandai tersebut, akhirnya pencaharian membuahkan hasil, sebuah sumur tua ditemukan dengan air yang segar dan memiliki debit air yang sangat banyak. Setalah dibersihkan, dari dinding bagian dalam sumur itu, tampak tersusun rapi bebatuan, sebagai penyangga tanah. Peninggalan leluhur Sopaleu tersebut akhirnya dipugar dengan menggunakan semen pada bagian luarnya oleh keturunannya yang bernama Salim Picalouhata


Letak antara sumur tua dan makam tua yang baru ditemukan tersebut kurang lebih 30 meter. Namun, tentunya tokoh agama setempat belum dapat mengaitkan antara keberadaan sumur tersebut dengan makam itu, karena belum memiliki bukti yang kuat dan belum adanya riset dari ahli arkeolog, karena pada sumur tersebut tidak terdapat keterangan apapun. ,isalnya tahun pembuatan dan lain sebagainya. Konon kataya Leluhur Sopaleu merupakan generasi kedua yang mendiami kawasan Puncak Siri Sori Islam yang di daerah tersebut dikenal sebagai kawasan Yama Elhau, kareena setelah tibanya Sopaleu di Yama Elhau, disana telah ada salah satu leluhur negeri itu yang bernama Lohilomanuputty (tuan tanah) kini memiliki keturunan yang bermarga Salatalohy.


Disana terdapat satu legenda yakni, apda Suatu saat, Lohilomanuputty (Salatalohy) yang menetap di Elhau, menuruni lembah, karena mendengar suara ayam jantan berkokok, sesampainya di bawah lembah, dia kemudian bertemu dengan moyang dari marga Picalouhata. Dari pertemuan itulah kemudian terjadi komunikasi seperti yang dikisahkan Hi. Ali Patty : “ Sei lembe lia…..yale sei lembe lia…,” (Sipa yang ada disana) tanya Lohilomanuputty. Pertayaan itu kemudian dijawab oleh moyang Sopaleu “Yale tau otetewa, Yami Sopaleu wahe waile karapoli” (Saya orang yang baru kembali dari berlayar (Sopaleu) yang menetap di kali yang airnya mengalir mengelilingi daerah ini (Waelo karapori),”) kemudian terjadi percakapan lanjutan, moyang Salatalohy kemudian menyampaikan maksudnya, bahwa maksud dirinya menuruni puncak bukit tersebut karena mendengar suara ayam jantan yang sedang berkokok, Ayam yang dicari itu, ternyata ayam berwarna putih, yang kemudian diberikan moyang Sopaleu kepada moyang Salatalohy, yang akhirnya digelar dengan Lohylomanupty (pemilik ayam putih).


Pertemuan kedua moyang itu, kemudian dilanjutkan dengan ikrar untuk menetap dan membangun Negeri Elhau hingga datangnya generasi kedua yang dijuluki Analaturua (dua bersaudara) yang kini memiliki turunan bermarga Saimima dan Patty atau Pattisahusiwa.


Menjadi Perhatian


Kembali ke makam tua bernisan empat. Makam berukuran 1,5 X 1 meter itu, berada sekitar 40 meter dari bibir pantai. Di lokasi itu terdapat ratusan makam tua dan juga makam baru. Namun dari sekian banyak makam-makam tua yang, sebagian besarnya tidak memiliki bentuk layaknya makam lagi, karena selain usianya yang tua dan tidak terurus, juga kawasan tersebut tertutup semak belukar yang meninggi melampawi makam-makam itu


Warga sekitar menyakini masih banyak terdapat peninggalan bersejarah belum terungkap hingga kini, karena sudah tak tampak lagi dan hanya berbentuk gundukan tanah. Saat ditemukan hingga kini tempat itu menjadi ramai dikunjungi warga setempat bahkan warga pendatang, yang ingin berziarah menyaksikan keanehan dari makam itu. Biasanya warga banyak yang melakukan kunjungan ke makam tersebut pada saat Idul Fitri dan hari-hari besar Islam lainnya, selain masyarakat siri Sori Islam, masyarakat dari daerah lainnya ( luar saparua) juga berbondong-bongdong datang untuk melakukan ziarah ke makam tersebut.



Untuk mengungkap misteri di balik benda bersejarah ini, mungkin hanya bisa dilakukan oleh para ahli Arkeologi untuk mengetahui dengan pasti usia makam misterius tersebut. Namun dari angka yang tertera pada nisan makam tersebut, diperkirakan makam itu usianya lebih tua daripada benteng Drustede peninggalan Bangsa Belanda di kota Saparua, yang berhasil direbut pada Tahun 1817 oleh Kapitan Pattimura serta kapitan-kapitan (panglima perang) lainnya. Selain itu usia makam tersebut juga melebihi masjid Tua Wapauwe yang terletak di Negeri Hila, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah dimana selama ini menjadi simbol masuknya Agama Islam di tanah Maluku


Ivan Tahir Hehanussa,S.Sos Master Direc Vido (Home Video Profesionalizm Indonesia)