Islam Di Bali: Kajian Sejarah Hubungan Islam-Hindu

Bookmark and Share


Diakui atau tidak bahwa studi tentang Islam di Bali terhitung langka. Sangat sulit untuk mendapatkan sumber tertulis mengenai sejarah masuknya Islam ke pulau Bali, dari tahun dan siapa pembawanya. Salah satu sumber yang sering menjadi rujukan adalah buku “Islam Di Bali: Sejarah Masuknya Islam Ke Bali”, yang diterbitkan oleh Departemen Agama Provinsi Bali pada tahun 2009.


Sayangnya, buku ini, meski ditulis oleh para pengajar sejarah di Universitas Udayana, Denpasar, namun tidak mencantumkan daftar kepustakaan. Sehingga apa yang tercantum di sana tidak bisa dijadikan sebagai rujukan ilmiah. Hal ini dimungkinkan karena tujuaannya, yang hanya sekedar menambah pengetahuan populer dan bukan untuk publikasi ilmiah.




Misalnya, pada buku tersebut hal: 33, disebutkan perihal adanya tulisan bahwa Islam masuk ke Bali pada tahun 1460 melalui kerajaan Gelgel, Klungkung. Penyebar pertama agama ini adalah Raden Fatah. Klaim di atas, menurut sejarahwan Dr. Asri Warman Adam, tak didukung oleh berbagai bukti sejarah.



Satu-satunya bukti sejarah, yaitu penelitian arkeologis terhadap Masjid Al Huda di Kampung Gelgel. Pada mimbar Masjid, ada tulisan dalam huruf Arab Jawi, yang transkripnya berbunyi: Bahwa inilah peringatan takkala mendirikan mimbar. Ini sudah selesai pada hari Ithnain shahri Yuli di waktu tujuh adalah Hijrah Nabi Saw seribu dua ratus delapan puluh madan tahun ba.



Dari transkrip tersebut diketahui bahwa perbaikan/renovasi Masjid itu dilakukan pada bulan Juli tanggal 7 tahun 1280 H (1863 M). Adapun kapan Masjid itu didirikan tidak ditemukan keterangan yang jelas, namun kemungkinan, berdasarkan arsitekturnya, sekitar abad ke 18 M. (Lihat Hasan Ambary, “Mesjid Kampung Gelgel, Kabupaten Klungkung (Bali)”, 1985).



Namun, beberapa sejarawan melacak keberadaan Islam di Bali melalui tradisi lisan dan berbagai komunitas Islam di Bali. Berdasarkan sejarah lisan dapat diperoleh keterangan bahwa komunitas muslim telah ada di Bali, tepatnya di wailayah Gianyar sejak akhir abad ke-19. (Hamdan Basyar: Minoritas Islam Di Bali: Kasus Gianyar dan Tabanan, Jakarta P2P-Lipi, laporan penelitian belum diterbitkan, pada tahun 2010).




Komunitas yang tertua di Wilayah Gianyar terdapat di Kampung Sindhu, Keramas, yang terletak 5 KM ke arah selatan Kota Gianyar dan 20 KM ke arah timur Denpasar. Ada juga komunitas yang baru terbentuk pasca 1965 di Semebaung, Gianyar, juga di lingkungan seniman di daerah Ubud, yang disinyalir dimulai sekitar tahun 1980-an.



Kemudian di daerah Tabanan, Bali, juga ditemukan komunitas Islam yang telah lama menetap di Banjar Tunggal Sari (berasal dari Banyuwangi) dan Candi Kuning (dari Lombok). Mereka sudah menetap di Bali sejak abad ke-19.

Bahkan di Candi Kuning terdapat kepercayaan bahwa kedatangan Islam di tempat itu sudah jauh lebih awal. Ini dibuktikan dengan adanya makam muslim kuno di puncak pegunungan, yang dinamakan Syekh Hasan dan di lereng gunung, yaitu makam Syekh Husian. Kedua makam tersebut dihormati, baik oleh komunitas Islam maupun Hindu, dan dianggap sebagai penyebar Islam bersaudara.

Dengan demikian, meski tak diketahui kapan pastinya, sejarah Islam di Bali telah ada sejak dahulu, dan bukan dimulai oleh para perantau (baca:pedagang) yang mencari nafkah di Pulau Bali. Hubungan antara komunitas Islam dengan Hindu telah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan berjalan sangat harmonis, bahkan terjadi akulturasi antara kedua budaya.


Sayang jika hubungan yang harmonis ini harus terkoyak oleh ulah segelintir oknum dari pihak kedua agama. Agaknya sejarah keharmonisan Islam dan Hindu perlu kita kemukakan kembali, supaya tak ada pihak yang sengaja mengail di air yang keruh dengan membenturkan Islam dan Bali, dalam hal ini hindu.

Salam berang-berang.

Selamat Menikmati Hidangan.

Dewa Gilang