Metode Seleksi Hadits Ala Imam Bukhari

Bookmark and Share


Metode Seleksi Hadits Ala Imam Bukhari
Masjid Kalon di Bukhara.
Imam Bukhari pantas disebut sebagai ilmuwan dan ulama yang profesional. Betapa tidak. Dalam meneliti, menyeleksi, dan menetapkan hadits sahih dari ratusan ribu hadits yang dihafalnya, Imam Bukhari melakukan dengan sangat hati-hati.

Untuk mendapatkan akurasi, ia melakukan perjalanan ke negara-negara Islam dengan menemui hampir 1.000 perawi hadits. Secara sabar, ia mendengarkan para perawi itu.

“"Saya susun kitab Al-Jami `ash Shahih ini di Masjidil Haram, Makkah dan saya tidak mencantumkan sebuah hadits pun kecuali sesudah shalat istikharah dua rakaat memohon pertolongan kepada Allah SWT, dan sesudah meyakini betul bahwa hadits itu benar-benar shahih,” ujar Al-Finbari, salah seorang murid Imam Bukhari, mengutip pernyataan gurunya.

Di masjid bersejarah itulah, Imam Bukhari mulai menyusun buku kumpulan haditsnya yang sangat monumental. Dasar pemikiran dan bab demi bab Sahih Al-Bukahri disusunnya secara sitematis di Masjidil Haram. Sedangkan pembukaan serta pokok-pokok bahasannya dituliskannya di Rawdah Al-Jannah -- sebuah tempat antara makam Rasulullah dan mimbar di Masjid Nabawi di Madinah.

Pengumpulan, seleksi dan penempatan hadits sahih dalam kitab Sahih Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun. Ia menggunakan kaidah penelitian secara ilmiah dan modern sehingga hadits-haditsnya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mendapatkan hadis yang benar-benar otentik, secara serius Imam Bukhari meneliti dan menyelidiki para perawainya.

Tak cuma itu, Imam Bukhari pun melaku perbandingan hadits. Satu hadits dengan hadits lain dibandingkan. Ia lalu menguji dan mempertimbangkannya cera ilmiah untuk memutuskan mana yang paling sahih. Keontetikan hadits yang disusun Imam Bukhari sudah sangat terbukti dan teruji.

Para ulama sepakat hadits-hadits yang terdapat dalam kitab Al-Jami `ash-Shahih memiliki tingkat kesahihan yang paling utama. Profesionalitas yang ditunjukkan Imam Bukhari dalam melacak dan meneliti kesahihan sebuah hadits tak lepas dari bimbingan para gurunya. Beberapa ulama yang berpengaruh dalam kehidupan keilmuwan sang legendaris itu antara lain; Dhihaak Ibnu Mukhlid; Makkee Ibnu Ibraheem Khadhalee: Ubaidullah Ibnu Moosaa Abasa, Abdul Quddoos Ibnu Hajjaaj dan Muhammad Ibnu Abdullaah Ansaaree.

Profesionalitas yang ditunjukkan Imam Bukhari juga menetes pada murid-muridnya. Begitu banyak muridnya yang menjadi ahli ilmu hadits yang terkenal dan terkemuka. Mereka adalah Turmudzi, Imam Muslim, Nasa'i, Ibrahim Ibnu Ishaq Al-Harawi, Muhammad Ibnu Ahmad Ibn Dulabi dan Mansur Ibnui Muhammad Bazduri.

Karya Besar Sang Ulama

Imam Bukhari tak hanya dikenal sebagai ahli hadits. Sebagai ilmuwan yang produktif, ia juga menulis kitab tafsir, fikih, dan sejarah. Berikut ini adalah beberapa karya besar sang ulama setelah Sahih Al-Bukhari.
* Tarikh al-Kabir,
* Khalq A’fal Ebad,
* Kitab al-Wahidan,
* Kitab Adab al-Mufrad,
* Kitab Adh-Dhua’fa,
* Juz Raf-Al-Yadain,
* Juz Al-Quraa Khalf al-Imam,
* Jami’a Al-Kabir,
* Tafseer Al-Kabir,
* Kitaab Al-Ilal,
* Kitaab Al-Manaaqib,
* Asami As-Sahabah.

Redaktur: Heri Ruslan
Reporter: Heri Ruslan
Sumber: berbagai sumber