SEJARAH ATLANTIS [II]: DIALOG KRITIAS

Bookmark and Share


DIALOG-KRITIAS

..

“Setelah 9000 tahun berlalunya perang antara mereka yang bermukim di luar pilar Herkules dan yang berdiam di dalamnya, maka kemajuan sejarahlah yang akan membuka segalanya dan berbagai bangsa barbar dan Hellenes lambat laun akan terlihat pada tempatnya masing-masing. Tetapi saya wajib menjelaskan untuk pertama kalinya ke pada semua warga Athena, dan musuh-musuh mereka yang berjuang dengan mereka, dan masing-masing pemerintah dan kekuasaan dari dua kerajaan. Mari kita beri hak lebih tinggi kepada Athena.”

..

Isi dari pada dialog Kritias adalah rincian tentang keadaan kedua negeri yang berseteru, Athena dan Atlantis. Di sini Kritias mengulang beberapa kalimat dari dialog Timaeus sebagai pengantar cerita (seperti kutipan di atas), dan agar tidak lupa, ia menyebut nama Mnemosyne (dewi daya-ingat), sementara Hermokrates yang mendengar kisah peperangan Athena dan Atlantis, lalu memuji-muji Apollo (matahari) atas keunggulan peradaban Yunani dahulu. Selanjutnya Kritias menceritakan awal terciptanya bumi dan isinya, di mana para dewa telah membagi-bagikan seluruh bumi untuk mereka sendiri sesuai jatahnya masing-masing.

..

“Tidak ada perselisihan, semua dewa berbagi secara adil sesuai dengan yang mereka inginkan, membangun rakyat dan memelihara manusia, menuntun dan mengatur seperti gembala atau para pelaut yang menyetir dari buritan kapal.”

..

Kemudian Kritias merinci jaman keemasan Yunani purba di mana dewa-dewa yang berbeda bermunculan di berbagai tempat sesuai tradisi masing-masing. Yunani pada saat itu merupakan negara besar yang mempunyai wilayah yang sangat luas. Karena kecintaan mereka akan filsafat dan seni, mereka membangun kuil dan candi yang megah yang di persembahkan untuk Athena dan Hephaestus. Keduanya di gambarkan ‘dapat menyesuaikan diri dengan baik dan di perlakukan secara umum di seluruh negeri.’ Meski begitu, tindakan dan kepahlawanan Athena maupun Hephaestus telah hilang karena awalnya, orang-orang pegunungan yang selamat dari bencana terdahulu, kurang menghargai seni menulis dan sejarah sehingga tidak ada catatan sejarah yang bisa di wariskan selain nama-nama mereka.

..

Pria dan wanita Yunani di gambarkan mempunyai hak yang sama demi kemajuan bangsa Attika (Yunani selatan). Pemimpin-pemimpin dan pahlawan-pahlawan Yunani saat itu adalah Cecrops, Erechtheus, Erichthonius, dan Erysichthon, yang hidup sebelum masa Theseus, dan nama mereka telah menjadi tradisi dan di pakai lagi di kemudian hari. Tetapi kisah dan teladan dewa-dewa telah hilang di karenakan banyaknya bencana yang terjadi selama 9000 tahun terakhir. Di mana Yunani di gambarkan sebagai “..tulang belulang yang berserakan, seperti pada kasus di pulau-pulau kecil, semua bagian yang subur dari tanah itu telah surut menghilang…”

..

“Namun, sebelum saya mulai, saya harus menjelaskan sesuatu, mungkin kamu akan terkejut jika mendengar nama-nama Hellenik yang di berikan kepada orang asing. Aku akan beritahu alasannya: Karena Solon mempunyai rencana ingin menggunakan kisah ini dalam puisinya, dia telah menemukan cara mengartikan nama-nama itu, bahwa para leluhur Mesir telah menterjemahkannya ke dalam bahasa mereka, dan Solon berhasil menyalin sebagian nama dalam bahasa kita.”

..

Sebelum menceritakan kisah bangsa Atlantis, Kritias memberi tahu kolega-koleganya kalau nama-nama Atlantis telah di ganti dengan nama-nama Mesir agar mudah di mengerti oleh penduduk Mesir. Solon juga memakai metode yang sama. Ia menyalinnya ke dalam bahasa Yunani agar bisa di mengerti oleh masyarakat Yunani, meski tidak semua nama (ada nama berbau Fenisia).

..

Kisahnya di mulai dari Poseidon sebagai dewa penguasa atas wilayah pulau Atlantis di mana ukuran pulau ini lebih besar dari Libya (Afrika utara) dan Asia (minor) jika di satukan. Di tengah pulau, dekat laut, ada hamparan padang yang subur. Dan di tengah padang tersebut, kira-kira 50 stadia ke arah pedalaman, terdapat bukit yang tidak terlalu besar. Di sanalah hidup seorang gadis dari ras manusia bernama Cleito putri dari Evaenor dan Leucippe. Poseidon jatuh cinta padanya lalu memperistri gadis muda itu dan melahirkan 5 pasang anak laki-laki kembar.

..

Lalu ia membagi pulau Atlantis menjadi 10 wilayah yang masing-masing di serahkan pada semua anaknya. Anak tertua, Atlas, menjadi raja atas pulau itu dan samudra di sekitarnya (di sebut Samudra Atlantik untuk menghormati Atlas). Saudara kembar Atlas bernama Gadeirus atau Eumelus dan memberinya wilayah di dekat tiang Herkules sampai ke atas ke wilayah Gadeira. Yang lain adalah Ampheres dan Evaemon, Mneseus dan Autochthon, Elasippus dan Metor, dan termuda Azaes dan Diaprepes. Poseidon mengukir gunung tempat kekasihnya tinggal menjadi istana dan menutupnya dengan tiga parit bundar yang lebarnya meningkat, bervariasi dari satu sampai tiga stadia dan terpisah oleh cincin tanah yang besarnya sebanding.

..

Wilayah Atlantis berada di dataran tinggi kecuali bagian kota yang memang datar dan di kelilingi oleh pegunungan yang merenggang hingga ke laut. Pulau ini oblong (lonjong) dan menghadap ke selatan dan tersembunyi dari Angin Utara. Wilayah yang rata berbentuk bujur persegi panjang dan bertingkat terbentang dalam satu arah 3000 stadia (sekitar 555 km) dan di tengah sekitar 2000 stadia (370 km). Kondisi tanah datar yang persegi panjang itu di kelilingi oleh parit buatan (dengan) panjang 10.000 stadia. Sungai mengaliri parit itu menuju kota baik dari sisi yang sini maupun yang di sana lalu lepas ke laut. Dan pada sisi kota di pedalaman di potong garis-garis lurus, sekitar 100 kaki lebarnya, menyeberangi tanah datar itu, dan lepas ke parit yang mengarah ke laut, jarak antara masing-masing adalah 100 stadia. Dengan jalur (transpotasi) ini mereka ke kota mengangkut kayu dari gunung. Selain itu 50 stadia (9 km) dari pesisir terdapat gunung yang sama rendah sisi-sisinya, dan sungai sungai mengalir dari pegunungan turun memutari dataran itu lalu maju melewati kota dan mengalir lepas ke laut.

..

Atlantis juga di gambarkan sebagai negeri yang kaya dan subur dan banyaknya sungai-sungai, pegunungan, tanah datar, rawa dan paya, pepohonan dan hutan-hutan, sumber mata air panas dan dingin, musim panen dua kali selama setahun, sekali musim panas, sekali musim hujan, juga terdapat wewangian baik dari akar, atau dedaunan, atau kayu, atau sari nya yang di suling dari buah dan bunga. Lalu buah-buahan pencuci mulut, dan banyak kelimpahan lain berkat matahari yang menyinari. Juga terdapat gajah dengan jumlah yang banyak dan kuda-kuda untuk pacuan atau untuk kereta perang.

..

“Juga apa pun wewangian yang sekarang berada di muka bumi, baik akar, dedaunan (herbs), ataupun kayu, atau dari intisari (getah, hasil penyulingan) nya yang di peroleh (berasal) dari buah dan bunganya, tumbuh dan berkembang di tanah itu.; juga buah hasil budi-daya (pengolahan), juga buah yang kering, yang menjadi makanan gizi dan jenis lainnya yang biasa di hidangkan sebagai makanan — kita namakan semua memakai nama umum, dan buah-buahan berkulit keras, berisi minuman dan daging dan obat-salep/ minyak oles (unguents/ ointments), dan jenis buah-buah berbiji yang tahan lama, yang memberikan kesenangan dan hiburan, dan buah-buahan yang mudah busuk, namun lezat di santap sebagai pencuci mulut yang menyenangkan — semua ini yang mana pulau keramat yang pada waktu itu di terangi cahaya matahari, dan memberi rasa adil dan menakjubkan dan kelimpahan tak terbatas. Dengan berkat seperti itu bumi dengan bebasnya telah melengkapi mereka; sementara itu mereka pergi membangun kuil-kuil, istana-istana, pelabuhan-pelabuhan dan dermaga-dermaga…”

..

Keturunan-keturunan dari sepuluh raja-raja Atlantis ini lalu membangun jembatan ke arah utara dari pegunungan, membuat rute menuju sisa pulau. Mereka menggali kanal besar ke laut, dan di samping jembatan, di buat gua menuju cincin batu sehingga kapal dapat lewat dan masuk ke kota di sekitar pegunungan; mereka membuat dermaga dari tembok batu parit. Setiap jalan masuk ke kota di jaga oleh gerbang dan menara, dan tembok mengelilingi setiap cincin kota. Tembok di dirikan dari bebatuan merah, putih dan hitam yang berasal dari parit, dan di lapisi oleh emas, kuningan, timah dan orichalc (seperti emas yang bersinar kemerahan).

..

Di tengah-tengah patung ukuran besar Poseidon berdiri di atas kereta – di tarik oleh enam kuda-kuda bersayap - di sekitarnya terdapat sekitar seratus nereids (sebangsa peri laut atau putri duyung) mengendarai lumba-lumba. Mereka mempunyai tradisi mengurbankan lembu atau kerbau dan mencampur darahnya dengan minuman sebagai upacara suci dan mereka menuruti hukum yang turun temurun tertera di tiang-tiang suci.

..

Atlantis mempunyai populasi penduduk yang banyak di lihat dari tentara yang terdiri dari 10,000 kereta perang, 1,200 kapal, dan 1,200,000 serdadu. Atlantis dengan segala kelebihan yang di milikinya, menjadikannya sebagai bandar dan pusat pelabuhan dunia. Namun setelah beberapa generasi kemudian keturunan-keturunan dari sepuluh raja-raja ini lambat laun berubah sifatnya. Mungkin karena selalu berkawin campur dengan manusia akhirnya sifat buruk dari manusia lebih menonjol dan meninggalkan sifat kemuliaannya. Zeus kurang berkenan dengan situasi ini. Di paragraf terakhir ini Plato menulis;

..
“Zeus, dewa segala dewa , yang berkuasa sesuai dengan aturan hukum, dan dapat melihat ke dalam hal-hal seperti itu, merasakan kalau suatu ras mulia berada dalam keadaan yang menyedihkan, dan ia ingin memberikan hukuman pada mereka, bahwa mereka mungkin lebih awas dan lebih siap, dia kumpulkan semua dewa ke tempat yang paling keramat, yang ditempatkan di –pusat dunia–, tempat mereka mengawasi semua mahluk yang tercipta. Dan ketika dia memanggil mereka bersama-sama, dia bersabda sebagai berikut:……….”
..

(Julius Bayu Manihuruk)