Al-Farabi, Filsuf Muslim Abad Pertengahan (2)

Bookmark and Share


Al-Farabi, Filsuf Muslim Abad Pertengahan (1)

Al-Farabi (ilustrasi).

Konon, Al-Farabi lahir sekitar tahun 870 M. Ia menghabiskan masa kanak-kanaknya di tanah Farab.

Di kota yang didominasi pengikut mazhab Syafi’i itulah, Al-Farabi menempuh pendidikan dasarnya. Sejak belia, dia sudah dikenal memiliki otak yang cerdas.

Ia juga memiliki bakat yang begitu besar untuk menguasai hampir setiap subjek yang dipelajarinya.

Setelah menyelesikan studi dasarnya, Al-Farabi hijrah ke Bukhara untuk mempelajari ilmu fikih dan ilmu-ilmu lainnya. Ketika itu, Bukhara merupakan ibukota dan pusat intelektual serta keagamaan dari Dinasti Samaniyah yang menganggap dirinya sebagai bangsa Persia.

Saat itu, Bukhara dipimpin Nashr ibnu Ahmad (874-892). Pada masa itulah Al-Farabi mulai berkenalan dengan bahasa dan budaya serta filsafat Persia. Di kota itu pula Al-Farabi muda mulai mengenal dan mempelajari musik.

Dia sempat menjadi seorang qadhi (hakim). Setelah melepaskan jabatan tersebut, Al-Farabi hijrah ke Merv untuk mendalami logika Aristotelian serta filsafat. Guru utama filsafatnya adalah Yuhanna ibnu Hailan, seorang Kristen.

Dari Ibnu Hailan-lah dia mulai bisa membaca teks-teks dasar logika Aristotelian, termasuk Analitica Posteriora yang belum pernah dipelajari seorang Muslim pun sebelumnya.

Beberapa tahun sebelum kitab-kitab Aristoteles diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Al-Farabi telah menguasai bahasa Suriah dan Yunani. Pada 901 M, bersama sang guru, Al-Farabi memutuskan untuk hijrah ke Baghdad yang saat itu menjadi kota metropolis intelektual pada abad pertengahan.

Pada masa pemerintahan Khalifah Al-Muktafi (902-908 M) dan awal pemerintahan Khalifah Al-Muqtadir (908-932 M), Al-Farabi sempat pula pergi ke Konstantinopel untuk memperdalam filsafat dan singgah di Harran.

Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Nidia Zuraya