Jejak Isolasi dari Fosil Binatang Purba

Bookmark and Share



Keterpencilan Sulawesi dari pulau-pulau di sekitarnya bisa dilacak dari fosil binatang purba yang ditemukan di pulau ini dan tidak ada padanannya di tempat lain. Di masa lalu, Sulawesi juga memiliki fauna endemis yang terbentuk dari proses adaptasi terhadap lingkungan yang khas.

Fachroel Aziz dalam pidato pengukuhannya sebagai profesor riset bidang paleontologi, Evolusi dan Paleontologi Vertebrata Indonesia: Perspektif Perubahan Iklim (2008) menyebutkan, di Lembah Wallanae, Sulawesi Selatan, ditemukan beberapa fosil vertebrata berumur Pleistosen Awal atau bahkan lebih tua (Pliosen Akhir) yang mencirikan satwa di wilayah terisolasi.

Fosil itu berupa gajah kerdil Elephas celebensis yang unik dengan dua pasang gading di rahang atas dan rahang bawah (semua Elephas hanya memiliki sepasang gading pada rahang atas), Stegodon sompoensis (sejenis gajah kerdil), dan Celebochoerus heekereni (sejenis babi dengan ciri khas taring atas sangat besar).

Berbeda dengan di Jawa, fosil vertebrata di Sulawesi ini menunjukkan tipe fauna yang hidup beradaptasi di lingkungan pulau yang terisolasi. Fauna di daerah yang terisolasi menunjukkan ciri morfologi khusus (endemis). Jenis mamalianya cenderung mengalami pengerdilan (dwarfting), sedangkan jenis kura-kura (reptil) cenderung bertambah besar.

Isolasi merupakan faktor penting dalam perubahan genetika dan dapat pula melahirkan spesies yang berbeda. Dalam satu populasi spesies fauna yang sama dapat dibagi dalam dua atau lebih populasi. Selanjutnya populasi tersebut akan mudah berkembang menjadi dua atau lebih spesies yang berbeda, ketika populasi itu terpisah dalam isolasi genetika dalam jangka waktu lama.

”Inilah yang menyebabkan spesies endemis di Sulawesi jauh berbeda dengan kerabat dekatnya di Sumatera dan Jawa. Bahkan, isolasi bisa menyebabkan terputusnya aliran genetika dari moyang (ancestor) yang berakibat sukar, bahkan tidak mungkin menelusuri moyangnya,” kata Fachroel.

Dia mencontohkan spesies endemis di Sulawesi saat ini seperti anoa (Anoa depressicornis), babirusa (Babyrousa babyrussa), dan berbagai jenis kera yang tidak dapat lagi dilacak asalnya dari fauna purba yang pernah hidup di sana seperti Celebochoerus heekereni, Elephas celebensis, dan Stegodon sompoensis.

Selain di Sulawesi, fosil stegodon kerdil juga ditemukan di Cekungan Soa, Flores. Temuan itu dinamakan Stegodon sondarii. Flores merupakan pulau gunung api yang juga terpencil dan berada di sebelah selatan Sulawesi. Fachroel dan rekannya, Mike John Marwood, profesor arkeologi dari School of Earth and Environmental Sciences, University of Wollongong, Australia, yang melakukan penelitian di Cekungan Soa menduga nenek moyang Stegodon sondarii berasal dari Sulawesi.

(Tim Penulis Ekspedisi Cincin Api Kompas)


Kompas Cetak
Editor :
Tri Wahono