Jejak Kerajaan Khadiri di Gunung Semeru

Bookmark and Share


Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan memiliki ketinggian 3.645 mdpl serta masuk dalam pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru secara administrasi mencakupi 4 kabupaten, yaitu: Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Probolinggo.

Menurut cerita dongeng, Gunung Semeru berasal dari India dibawa oleh para Dewa. Pada zaman dahulu kala (kayak orang tua-tua cerita), gunung yang dibawa dari India tersebut adalah Meru. Pada awalnya Gunung Meru yang oleh para dewa ditaruh di Jawa Barat, namun keadaan Pulau Jawa tidak seimbang. Pulau Jawa berat sebelah, dan sisi Timur terjungkit. Sehingga kemudian keberadaan Gunung Meru dipindah ke Jawa Timur. Dalam perjalanan pemindahan gunung tersebut, puncak dari gunung tersebut jatuh tercecer sehingga menjadi gunung-gunung seperti Arjuno, Penanggungan dan lain-lain.

Gunung Semeru memiliki pesona alam yang begitu bagus, salah satunya adalah Ranu Kumbolo. Ranu Kumbolo terbentuk dari letusan Gunung Bajangan yang berada di bawah Puncak Mahameru. Aliran lava dan material letusan membentuk lembahan yang cukup besar sehingga membentuk danau. Ranu Kumbolo merupakan suatu danau yang indah di ketinggian 2.426 mdpl. Danau Ranu Kumbolo merupakan salah satu surganya para pendaki. Perjalanan menuju ke Ranu Kumbolo dapat ditempuh 4 jam perjalanan dari pos terakhir tempat registrasi di Desa Ranu Pane. Dalam perjalanan menuju ke Ranu kumbolo terdapat 4 selter sebagai tempat istirahat sementara. Para penndaki melewati hutan hujan basah yang kemudian ditengah-tengahnya terdapat Daerah yang diberi nama Watu Rejeng. Setelah Watu Rejeng perjalanan akan memutari pungungan hingga keluar dari hutan dan berjumpa dengan Ranu Kumbolo.

Pada danau Ranu Kumbolo terdapat satu prasasti yang diperkirakan dikeluarkan pada zaman Kerajaan Khadiri. Prasasti tersebut berbunyi “Mpu Kameswara Tirtayasa” yang menggunakan bahasa jawa kuno tengah masa Khadiri dengan tulisan kuadrat. Letak prasasti tersebut menghadap ke Ranu Kumbolo dengan tulisan membelakangi Danau. Prasasti ini dikeluarkan oleh raja Kameswara atau raja Bameswara yang merupakan raja kerajaan Khadiri. Prasasti tersebut berfungsi sebagai tanda fungsi danau sebagai air suci, bukan menghadap ke Puncak Mahameru.

Terdapat enam prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Bamsewara dan telah diartikan yaitu prasasti Padlegan 1038 Saka (1117 Masehi), prasasi panumbang tahun 1042 Saka (1120 Masehi), prasasti Geneng tahun 1050 Saka (1128 Masehi), Prasasti Candi Tuban tahun 1051 Saka (1124 Masehi) dan prasasti Tangkiln tahun 1025 Saka (1130 Masehi). Seluruh prasasti masa Raja Bameswara tersebut dapat dilihat masa berkuasanya Raja Bameswara sekitar tahun 1117 Masehi-1130 Masehi. Sehingga dapat diperkirakan prasasti Ranu Kumbolo dikeluarkan sekitar taahun tersebut.


Beberapa pendapat mengatakan bahwa fungsi dari Ranu Kumbolo adalah sebagai tempat bersemedi bagi Raja Bameswara. Keberadaan danau Ranu Kumbolo yang merupakan tempat mandi para dewa, dijadikan sebagai air suci gunung Semeru. Keterkaitan tersebut yang menjadi dasar pendapat bahwa di Ranu Kumbolo dijadikan tempat semedi Raja Bameswara.

Prasasti Ranu Kumbolo merekam jejak Kerajaan Khadiri yang telah melakukan perjalanan dan menandai daerah kekuasaannya jauh ke tanah yang mempunyai ketinggian 2.426 mdpl. Rute perjalanan Raja Bameswara dimulai melalui jalur lama, bukan melalui jalur pendakian Gunung Semeru pada saat ini via Desa Ranu Pane. Namun perjalanan Raja Bameswara via Desa Gubuk Klakah yang terdapat sebuah candi di desa tersebut sebagai gerbang menuju tempat suci Gunung Semeru.

Gunung Semeru memiliki puncak yang bernama Mahameru. Gunung Semeru dalam kepercayaan Hindu Jawa merupakan tempat bersemayam Para Dewa, sehingga disucikan. Maka dari itu Ranu Kumbolo dijadikan tempat air suci dari gunung suci Semeru. Namun terlepas dari semua cerita tersebut, Gunung Semeru memberikan pesona alam yang mempesona. Gunung tertinggi dipulau Jawa ini merupakan gunung wajib didaki diPulau Jawa bagi para pendaki baik dalam negeri maupun luar negeri.

Baihaqi Almutoif