Kereta Waktu Islam di Stasiun Eropa

Bookmark and Share


DULU, orang Eropa itu bau karena jarang mandi – bahkan sampai sekarang. Ketika pasukan Islam masuk ke kawasan itu via Spanyol dan Prancis abad ke-8, mereka harus banyak tutup hidung bila berpapasan dengan orang-orang setempat.

Ada yang tidak begitu bau, yakni kalangan istana: Para pangeran, putri dan petinggi kerajaan. Bau badan mereka tertutupi pewangi yang hanya dipakai kalangan istana.

Ketika pada abad pertengahan orang-orang Eropa berkunjung ke negeri-negeri Muslim, mereka heran kenapa warga masyarakat biasa pun tidak berbau badan. Bahkan ketika mereka menjumpai para petani Muslim di Badhdad, Turki, Mesir, Maroko, yang sedang bekerja di kebun-kebun, mereka tak mencium bau keringat seperti umumnya terendus dari warga kelas bawah Eropa yang melakukan pekerjaan serupa.

Selidik punya selidik, orang-orang Eropa itu mendapati bahwa setiap Muslim sedikitnya mandi dua kali sehari dan bertaharah 5 kali sehari. Orang-orang Islam mempraktikkan cara hidup higienis wal sehat itu dari ajaran Islam dan contoh Rasulullah Muhammad.

Invasi Muslim ke Eropa membawa peradaban dan cara hidup bersih dan sehat. Masa itulah pertama kali orang Eropa mengenal gosok gigi setelah makan. Orang-orang Islam memperkenalkan siwak, yang terbuat dari ranting pohon Miswak yang wangi dan sekaligus menjadi bahan pasta gigi. Satu ujungnya dipukul-pukul sehingga membentuk mata sapu kecil. Itulah yang digunakan menggosok gigi. Masa itu, orang-orang Eropa membersihkan mulut setelah makan hanya dengan kumur-kumur.

Eropa baru memproduksi sikat gigi secara massal pada abad 18.

Orang Islam membawa bahan-bahan pencerahan Eropa. Peradaban Islam ibarat kereta waktu dengan berbagai gerbong yang menjelajahi berbagai peradaban, memuat aneka barang dan pengetahuan dari persinggahan-persinggahan itu, dan membongkar semua muatannya di Eropa.

Yang paling dasar adalah pengenalan angka, yakni Arabic numeral, yang praktis dan friendly user. Orang Islam sendiri menamakan sistem angka mereka sebagai ‘angka India’, karena memang diadopsi dari sistem angka India. Tapi orang Islam menambahkan nol padanya. Dan tanpa angka nol, tak mungkin ada matematika dan geometri. Dan tanpa matematika , tak mungkin ada ilmu astronomi, ilmu fisika, ilmu ekonomi, karena ilmu-ilmu itu meniscayakan rumus-rumus yang diadopsi dari matematika atau aljabar.

Sebelum kedatangan Islam, orang Eropa menggunakan penomoran Romawi, yang tidak praktis dan tak mungkin bisa digunakan dalam matematika karena tidak mengenal pecahan, desimal, dan angka nol.

Jika seorang Eropa hari ini menerawang kegiatan sehari-harinya jauh ke masa silam, mereka akan melihat sumbangsih Islam. Seseorang bangun, mandi dan gosok gigi, maka alat yang digunakan untuk menggosok gigi itu diperkenalkan orang Islam. Lalu ia menengok jam – jam dinding atau jam tangan – maka alat itu pun diciptakan dan dibawa ke sana oleh orang Islam. Lalu ia menum kopi, kopi pun, beserta alat perasnya, diciptakan dan dibawa ke sono oleh orang Islam. Lalu ia membaca koran yang terbuat dari kertas. Kertas pun diperkenalkan kesana oleh orang Islam. Kertas memang ditemukan di China, tapi orang Islam memperhalusnya dan memproduksinya secara massal.

Lalu orang Eropa mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, yang dibawa orang Islam. Eropa memang punya khazanah ilmu pengetahuan Yunani, tapi tanpa tangan-tangan para sarjana Islam yang menerjemahkannya kedalam bahasa Arab, mereka tak akan menjumpai satu huruf pun dari khazanah keilmuan Yunani itu.

Semua ilmuwan dan pemikir Eropa yang muncul setelah pudarnya masa keemasan Islam, telah lebih dulu mempelajari naskah-naskah para sarjana Islam dalam bahasa Arab, karena tak barang satu lembar naskah Yunani kuno tersisa.

Tapi para sarjana Eropa tak mau mengungkapkan bahwa mereka belajar dari kitab-kitab berbahasa Arab. Kenapa? Pertimbangan keselamatan dan keamanan. Masa-masa itu gereja sangat berkuasa, bila ada ditemukan seseorang membaca naskah orang Islam mereka akan segera dituduh murtadr dan dieksekusi mati. Sejak perang salib, anti-Islam itu makin menguat dan memaksa para ilmuwan menghilangkan jejak-jejak Islam dalam ilmu pengetahuan yang mereka kembangkan.

Nicolaus Copernicus, yang lahir di Torin tahun 19 Februari 1473, dan meninggal di Frombork 25 Mei 1543, mengembangkan teori Heliosentrisme, yakni perputaran planet-planet tata surya dengan Matahari sebagai pusatnya. Teori ini menghancurkan teori sebelumnya, yakni Geosentris, yang menganggap bumi sebagai pusat tata surya.

Untuk sampai ke teori itu, ia membaca ribuan naskah astronomi sejak zaman Yunani kuno, sampai zaman mutakhir abad ke-emasan Islam. Semua naskah yang dibahasanya berbahasa Arab, karena tak barang satu naskah kuno Yunani tinggal utuh dalam bahasa aslinya.

Namun Copernicus pun seorang seorang kanon gereja. Gereja bukan saja memusuhi Islam, tapi juga para ilmuwannya sendiri yang pemikirannya bertentangan dengannya. Karena itu, Copernicus menyembunyikan referensi-referensi Arab dalam penulisan teorinya.

Ketika Isaac Newton bilang: “We stand on the shoulders of giants”, dia ingin jujur bahwa temuan-temuannya berdasar pada karya-karya akbar sebelumnya, tapi dia tak mau sebutkan siapa si giants itu. Toh semua orang bisa mafhum bahwa Newton merujuk kepada para sarjana Muslim, karena tidak ada giants Eropa pada masa itu.

Yang dimaksud si gajah oleh Isaac Newton itu tak diragukan lagi Ibnu al-Haitham, ilmuwan Muslim dari Mesir, karena Haitham lah yang menemukan teropong. Dengan temuannya ini Haitham mementahkan anggapan sebelumnya bahwa mata memancarkan cahaya pada objek yang dilihat sehingga objek tersebut bisa terlihat oleh si pelihat. Haitham menujukan justru objek lah yang memantulkan cahaya kepada mata si pelihat.

Haitham lantas melakukan eksperimen tentang sifat cahaya dalam kamar gelap, yang disebut ‘kamara’. Kata Arab inilah yang menjadi nama alat potret yang disebut camera.

Teori dan ujicoba tentang cahaya Haitham inilah yang dijadikan sandaran Newton.

Abu Rayhan Biruni, lahir 15 September 973 dan meninggal 13 Desember 1048, membuat penelitian radius bumi sejauh 6.339,6 kilometer. Ini penelitian radius bumi pertama kali dalam sejarah sains. Penelitian ini kemudian jadi rujukan utama bagi penelitian-penelitian geografi selanjutnya di Eropa dan Amerika.

Fatima al-Fihri, 851 Masehi, berusia 23 tahun ketika mulai membangun universitas yang kemudian menjadi perguruan tinggi pertama di dunia seperti yang kita kenal sekarang.

Perguruan tinggi itu, yang didirikan di kota Fes, Maroko, adalah bagian dari mesjid yang dibangunnya bernama Al Karaouine, mesjid terbesar di Afrika Utara. Selama pembangunan mesjid dan kampus itu, ia berpuasa tanpa henti sampai pembangunan betul-betul rampung, selama 13 tahun!

Al-Karaoine terbukti sangat berreputasi sebagai pusat pendidikan dan spiritual terkemuka. Di zaman ini, ia masuk Guinness Book of World Record sebagai perguruan tinggi tertua yang masih berjalan sampai sekarang.

Dari al-Karaouine lahir pemikir-pemikir besar, antara lain Al-Abbas al-Zwawi, Abu Madhab Al-Fasi, pencipta teori jurisprudensi madzhab Maliki, dan Leo Africanus, a penjelajah dan penulis termasyhur.

Sutaita al-Mahamli, hidup pada pertengahan abad 10, adalah ahli matematika perempuan di Bagdhad. Ia sering jadi saksi ahli di pengadilan untuk menghitung kerugian dalam sebuah persengketaan tentang property. Tentu keahliannya bukan hanya matematika, tapi juga sastra Arab, Fiqh dan hadits.

Itu sekedar menyebut dua dari ribuan tokoh perempuan dalam sejarah abad pertengahan, masa ketika kaum wanita Eropa merupakan makhluk paling terkungkung dalam masyarakat berperadaban di dunia. Mereka tak boleh membuka mulut di gereja, karena seperti diterangkan injil, “it is disgraceful for a woman to speak in the church” (vv. 33-35).

Dan, sementara Islam mengharuskan penghormatan kepada ibu tiga kali lebih banyak daripada kepada bapak, di Eropa, seperti dijelaskan St. Thomas of Aquinas [1225-1274]: “Children ought to love their Father more than they love their mother.”

Berikut ini adalah sepuluh dari ribuan warisan peradaban Islam yang masih melayani kita hari ini:

1. Bedah. Sekitar tahun 1000, doktor Al-Zahrawi menerbitkan buku setelah 1,500 halaman yang merupakan ensiklopedi bedah yang kemudian digunakan di Eropa selama lebih dari 5 abad selanjutnya. Zahrawi antara lain menemukan penggunaan benang halus untuk menjahit luka setelah pembedahan dan teknik menghilangkan bekas jahitan operasi. Dia juga dokter pertama yang menangani kelahiran secara sesar dengan menggunakan gunting.

2. Kopi. Entah sejak kapan kopi menjadi minuman sehari-hari sekaligus multiguna di Barat. Untuk bersantai, orang minum kopi. Untuk membuat badan sekaligus suasana hati [mood] lebih segar, orang minum kopi. Untuk menghangatkan badan, orang minum kopi. Tapi kopi bukan hasil bumi Eropa dan juga bukan industri kawasan itu. Orang Islamlah yang membawa kopi ke Eropa abad 16.

Kopi pertama kali diproses-peras di Yaman abad 9. Syahdan, kopi pada masa-masa awalnya digunakan kaum sufi agar tetap melek sepanjang malam untuk berdzikir, berdo’a, dan muqarrabah.

Kemudian kopi dibawa ke Kairo oleh para pelajar. Segera komoditi ini menjadi termasyhur di seantero kerajaan. Abad ke-13, kopi mencapai Turki. Baru abad ke-16 para pedagang Venesia kemudian mebawanya ke Eropa via Itali.

3. Mesin Terbang. Abbas bin Firnas adalah orang pertama yang berusaha membuat mesin terbang dan benar-benar terbang di abad 9. Sebuah rancangan kasar menyerupai burung dicoba di Cordoba, Spanyol. Mesin terbang bernama Firnas itu terbang beberapa saat, sebelum jatuh ke bumi dan sebagian badannya pecah. Rancangan ini kemudian menjadi inspirasi bagi Leonardo Da Vinci yang menggambar rancangan pesawat terbang beberapa tahun kemudian.

4. Aljabar. Kata ini berasal dari judul kitab matematika Persia termasyhur abad ke-9 ‘Kitab al-Jabr Wa l-Mugabala’ yang artinya ‘buku penalaran dan keseimbangan’. Dibuat berdasarkan sistem Yunani dan Hindu, susunan aljabar baru menyatukan sistem tersebut untuk bilangan rasional, bilangan irasional dan besaran geometri. Matematikawan lain, Al-Khwarizmi, juga orang pertama yang memperkenalkan konsep deret ukur kedalam daya.

5. Optik. Banyak kemajuan penting dalan studi optik berasal dari dunia Islam. Seperti telah disinggung sebelumnya, sekitar tahun 1000, Ibn Al-Hitham membuktikan bahwa manusia melihat objek dengan pantulan cahaya yang mengenai mata mereka. Ini mementahkan teori Ptolemy dan Euclid bahwa mata lah yang memancarkan cahaya ke objek yang dilihat. Psikawan besar ini juga penemu kamera, yang menjelaskan bagaimana mata melihat terbalik karena hubungan antara saraf optic dengan otak.

6. Musik. Eropa sekarang adalah kiblat musik dunia, namun ini bisa terjadi karena para musisi Muslim membawa musik ke kawasan itu, baik dalam bentuk instrument, kehalian maupun teori. Nama-nama not : do, re, mi, fa, sol, la, si, do, diambil dari alfabet Arab: dal, ra, mim, fa, shad, lam, siin.

Musisi Muslim mebawa gitar arab ebor ke Spanyol abad 9. Disana dimodifikasi jadi gitar dalam bentuknya yang sekarang. Selain itu adalah rahab, yang kemudian berkembang menjadi biola.

7. Engkol. Cara kerja otomatis pada berbagai alat zaman sekarang bersumber pada sistem saling putar roda yang dibangun para teknolog Muslim. Mereka mengkonversi gerak melingkar menjadi gerakan linear yang di kita disebut engkol. Konversi itu menjadikan kegiatan mengangkat benda-benda berat menjadi ringan – seperti pada mengayuh sepeda. Cara kerja dan tekonologi engkol ditemukan Al-Jazirin pada abad 12. Dari sini lahir sepeda dan mesin pembakaran.

8. Rumah sakit. Rumah sakit seperti yang kita kenal sekarang diawali di Mesir pada abad 9. Pusat pengobatan itu bernama Rumah sakit Tulun, didirikan oleh Ahmad ibn Tulun tahun 872 di Kairo. Rumah sakit ini menyediakan layanan pengobatan gratis – sebuah kebijakan yang umum di berbagai pemerintah Muslim ketika itu – bahkan sampai sekarang.
Invasi Islam sekarang

Hari ini, kembali Islam menginvasi Eropa, tapi tidak dengan pedang dan kekuatan peradaban seperti dulu, melainkan dengan shalat!

Di Paris, Prancis, lima sekali sehari seluruh kota nyaris terhenti dari berbagai kegiatan karena jalan-jalan dipenuhi orang-orang shalat berjama’ah. Kenapa tidak di mesjid? Karena mesjid-mesjid sangat tak cukup menampung jama’ah yang bertambah setiap hari.

Hal yang sama terjadi di kota-kota lain di Eropa: London, Frankfurt, Moskow.

Dulu Islam mengarahkan Eropa ke peradaban dunia yang terang. Kini, kaum Muslimin menghadapkan Eropa ke wajah Allah.

Kafil Yamin