Opus Supremus, kedatangan Freemason ke Indonesia

Bookmark and Share


Opus Supremus adalah sebuah LSM berbentuk yayasan yang didirikan oleh beberapa orang asing bersama beberapa orang Indonesia mantan perwira TNI/Polri, ahli hukum, ulama, aktivis organisasi, dan lain-lain. Yayasan yang didirikan di Jakarta ini dibuat di hadapan Notaris Mieske Soeryanto, SH, dengan Nomor Akta 10, pada tanggal 22 Agustus 2001. Didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan Nomor 250/yay/akm/2001.

Ketua Opus Supremus adalah seorang pengusaha perbankan yang bermarkas di Hong Kong, bernama Stanislav Ivanov Velinov. Ia juga mengaku sebagai agen eksklusif pabrik senjata api di China.

Selain Velinov, pendiri yang dari Indonesia adalah:
• Brigjen (Purn.) Mr. TNI-AL Soegiharto RGM, yang menjabat sebagai Ketua Badan Pengawas
• Kolonel (Purn.) TNI-AL Anti Soemardi, yang menjabat Kepala Intelijen
• Korps Marinir TNI-AL Suyono MK, sebagai Sekretaris Jenderal.
• Wawas Arles, sebagai Kepala Humas
• Eggi Sudjana sebagai Ketua Bidang Politik dan Keamanan.

Opus Supremus adalah istilah bahasa Latin, yang diterjemahkan sebagai Supreme Work atau Karya Terbaik atau Amal Soleh.

Tujuan Opus Supremus, yang dipublikasikan sangat mulia, yaitu anti terror, anti korupsi, anti money laundry. Tapi disinilah sisi konspirasinya.






Mari kita kupas logonya satu persatu:
• Gambar jangka dan pengggaris, lambang Freemason dasar dan umum.
• Segitiga dengan mata ditengahnya, mirip dengan lambng Lucifer dan illuminati
• Cahaya matahari, sebelum itu kita mengenal angka Lucifer, yaitu 666. Dalam bahasa latin, 666 dibaca DIC LVX(suara cahaya), Lucifer dalam bahasa Latin disebut Lux Ferre atau “si pembawa cahaya” .


Sudah 9 tahun diberdirikan, kenapa tidak ada beritanya? Tanggal 22 Agustus 2001 Opus Supremus berdiri dan didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sebagai sebuah LSM yang bergerak di bidang penanggulangan terorisme.

Tak lebih dari tiga minggu kemudian, tanggal 11 September 2001, Twin Tower WTC New York luluh-lantak ditabrak dua pesawat terbang penumpang dan sebuah sudut gedung Pentagon pun hancur ditabrak pesawat terbang serupa; yang ujung-ujungnya mengambinghitamkan Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden dan mengorbankan rakyat dan negara Afghanistan. Sungguh penciuman yang sangat tajam, para pendiri Opus Supremus mampu mengendus bahwa terorisme akan menjadi topik hangat setelah berdirinya Opus Supremus.

Masyarakat dunia pun, termasuk Indonesia, mengamini rumor yang dilontarkan oleh George Bush itu. Sayang sekali, Opus Supremus ternyata hanya seekor macan ompong, meskipun memiliki struktur Bidang Intelijen pimpinan Kolonel (Purn.) TNI-AL Anti Soemardi. Sebagai LSM internasional anti-teror-isme, sebelum peristiwa tabrakan itu, seharusnya Opus Supremus mampu mengobok-obok tiga server komputer dari 13 server utama yang ada di WTC New York, yang menyimpan data tentang megaskandal penggelapan pajak, yang harus dihancurkan oleh pemiliknya.

Setahun kemudian, bom berkekuatan besar meluluhtantakkan Bali, dan setahun kemudian sebuah bom juga menggoncang Kedutaan Besar Australia di kawasan Kuningan, Jakarta, menyusul ledakan bom lainnya di Hotel JW Marriott di kawasan yang sama pula. Lalu, apa yang telah diperbuat oleh Opus Supremus?

Hal lain yang perlu dicermati adalah kontradiksi yang menyelimuti tokoh utamanya, Stanislav Ivanov Velinov. Ia mendirikan sebuah LSM anti-kekerasan dan anti-terorisme, sementara bisnis yang digelutinya selama belasan tahun adalah perdagangan senjata api. Artinya, selama ini ia hidup dari kekerasan, yang sekarang ingin ia jinakkan melalui Opus Supremus.

Yang penting untuk diwaspadai adalah logo Opus Supremus, yang terdiri atas sebuah jangka dengan kaki terbuka dan sebilah mistar siku menghadap ke atas. Ini adalah pola dasar lambang tradisional Freemasonry. Selain itu, pada logo Opus Supremus juga terlukis sebuah segitiga atau puncak piramida dengan gambar mata satu, dan kepala jangka memancarkan sinar matahari. Atribut-atribut ini adalah lambang Lucifer atau Illuminati.

Ini merupakan hal yang sangat luar biasa, bahwa Stanislav Ivanov Velinov dan kawan-kawan Indonesia-nya berani secara terang-terangan menampilkan lambang tradisional Freemasonry dan Lucifer atau Illuminati sebagai logo Opus Supremus.