Para Filsuf Muslim (3-habis)

Bookmark and Share


Para Filsuf Muslim (1)





Ilustrasi

Kehebatan Ibnu Rusyd dapat dilihat melalui karya-karya tulisnya. Ia menulis “Bidayah al-Mujtahid”, sebuah karya besar berupa fikih perbandingan, yang secara luas dipakai oleh para fukaha sebagai buku rujukan penting.

Ia juga menulis “Kulliyyat fi At-Thibb”, yang membicarakan garis-garis besar ilmu kedokteran, dan menjadi pegangan para mahasiswa kedokteran di Eropa selama berabad-abad di samping karya Ibnu Sina, Al-Qanun.

Karya tulisnya yang merupakan ulasan atas karya Aristoteles dibukukan ke dalam tiga buku ulasan, yaitu “Al-Asghar” (Yang Lebih Kecil), “Al-Ausath” (Yang Lebih Sedang), dan “Al-Akbar” (Yang Lebih Besar).

Sosok Ibnu Rusyd juga dikenal karena pandangan-pandangannya yang mengkritik pandangan Al-Ghazali. Sebagai tangkisan terhadap karya Al-Ghazali, “Tahafut Al-Falasifah” (Kacaunya Kaum Filsuf), ia menulis buku “Tahafut At-Tahafut Al-Falasifah” (Kacaunya Tahafut al-Ghazali).

Ar-Razi (250-313 H/864-925 M)
Filsuf Muslim terkemuka yang muncul setelah Al-Kindi adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi. Ia lahir, tumbuh, dan wafat di Rayy, dekat Teheran, Iran. Tetapi, ia juga pernah hidup berpindah-pindah dari satu negeri ke negeri lain.

Ia adalah dokter terbesar yang dilahirkan dunia Islam zaman klasik. Ia pernah menjadi direktur rumah sakit Rayy dan pernah pula menjadi direktur rumah sakit Baghdad.

Ketekunan dan kesungguhannya dalam menulis luar biasa. Ia pernah menulis dalam setahun lebih dari 20 ribu lembar kertas. Karya-karya tulisnya mencapai 232 buah buku atau risalah, yang kebanyakan dalam bidang kedokteran.

Di samping itu, ia juga banyak menulis karya-karya yang berhubungan dengan filsafat. Namun, hampir semua karya tulisnya dalam bidang filsafat belum dijumpai. Banyak pihak menduga karya-karya filsafatnya telah dihancurkan oleh lawan-lawannya yang telah menuduhnya sebagai seorang mulhid (menyimpang dari, atau mengingkari ajaran Islam).

Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Nidia Zuraya