Sulitnya Mengumpulkan Naskah Klasik Nusantara (1)

Bookmark and Share


Sulitnya Mengumpulkan Naskah Klasik Nusantara (1)

Naskah klasik Nusantara (ilustrasi).


Sejak abad-abad awal Hijriyah, Islam telah tumbuh sebagai agama yang dianut sebagian besar bangsa Indonesia.

Perkembangan ini semakin pesat pada abad ke-16 M, di mana Islam telah menyebar secara merata ke seluruh wilayah nusantara.

Salah satu kontribusi Islam di nusantara ialah khazanah budaya, khususnya dalam bentuk naskah-naskah hasil karya para cendekiawan Muslim yang dituangkan dalam berbagai bentuk. Naskah-naskah tersebut berisi ilmu-ilmu keagamaan, ilmu pengetahuan sosial, dan pengetahuan umum.

Mengenai jumlah naskah klasik nusantara ini, dalam makalahnya yang berjudul ''Kajian Filologi dalam Pernaskahan Melayu'', Mu'jizah dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional memaparkan bahwa Ismail Husen (1974) pernah mengemukakan angka 5.000, Chambert-Loir (1980) mengemukakan 4.000, dan Russel Jones sampai pada angka 10 ribu naskah.

Naskah-naskah klasik hasil karya para ulama nusantara ini kini disimpan di berbagai lembaga, seperti museum daerah, Perpustakaan Nasional, yayasan-yayasan, pesantren, masjid, dan keluarga atau pemilik naskah.

Menurut Nindya Noegraha, Kepala Bidang Koleksi Khusus Perpustakaan Nasional, naskah klasik keagamaan itu di antaranya juga disimpan oleh keraton, gereja, dan pura. Namun, naskah keislaman disimpan di perpustakaan, museum, pondok pesantren, masjid, dan lainnya.

Naskah-naskah itu, lanjut Nindya, tersebar di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Pulau Jawa, Bali, Madura, Lombok, Bima, Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, Buton, Ternate, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat.

Namun, tidak sedikit juga di antara naskah-naskah klasik tersebut yang hingga kini masih tersebar di sejumlah negara, seperti Inggris, Jerman, Prancis, Belanda, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Naskah-naskah yang berada di luar negeri ini diyakini jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang ada di dalam negeri.


Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Nidia Zuraya